Tb Soenmandjaja saat sosialisasi 4 pilar |
“Kasus kontrak kerja sama Freeport dengan Pemerintah Indonesia yang hanya menyisakan 1-3,5% keuntungan bagi Indonesia adalah contoh kasus yang perlu kita kaji sebagaimana konstitusi kita dalam pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran Rakyat Indonesia.” tegas Soenmandjaja.
Hal tersebut disampaiakan oleh TB. Soenmandjaja Roekmandis sebagai anggota fraksi PKS dan juga komisi III DPR RI ini pada acara sosialisasi empat pilar MPR RI , yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara. Acara ini dihadiri tidak kurang dari 130 orang yang dilaksanakan di Aula Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor pada Senin, 5 Desember 2016.
Acara yang dihadiri Muspika Kecamatan Jonggol, Kepala Desa se-Kecamatan Jonggol, Ketua CADA 2 PKS Kabupaten Bogor, Ketua DPC PKS se-CADA 2, Ketua DPRa PKS se-Kecamatan Jonggol, kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) serta masyarakat umum.
Sambutan dari Pemerintah Kecamatan Jonggol diwakili oleh Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban (Tramtib), Gogo Badarudin, S.Sos. Beliau menegaskan bahwa pentingnya masyarakat memahami empat pilar kebangsaan.
Acara ini juga mendapatkan apresiasi dari para peserta yang hadir. Hal tersebut terlihat dengan cukup antusiasnya peserta dalam menanggapi materi yang disampaikan. Misal saja tanggapan yang disampaikan oleh H. Holil yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Sukamaju di Kecamatan Jonggol menegaskan bahwa Indonesia yang begitu kaya sangat sayang jika tidak dioptimalkan untuk kepentingan rakyat Indonesia yang justru dimanfaatkan oleh kepentingan asing.
“Miris rasanya jika kekayaan yang begitu melimpah di Indonesia misalnya emas berton-ton yang di Irian Jaya (Papua) justru yang merasakan lebih banyak adalah negara asing. Saya jika diminta untuk demo kesana tentu terpanggil rasa nasionalismenya” ujar H. Holil.
Senada dengan H. Holil, Eli sebagai perwakilan masyarakat Desa Jonggol ia menegaskan rasa kemirisannya berkaitan dengan lemahnya kedaulatan bangsa dalam memanfaatkan sumberdaya alamnya untuk kepentingan rakyat Indonesia. Selain itu, tanggapan juga hadir dari perwakilan pemuda Jonggol Harry yang juga pendiri Jonggol Cendekia dalam acara sosilaisasi empat pilar MPR RI tersebut. Harry menyampaikan terdapat degradasi pemahaman kepada lapis generasi baru bangsa dalam memahami dasar negaranya, terutama menyoal sekulerisasi dan liberalisasi negara.
“Banyak terjadi kesalah pahaman dalam memahami dasar negara kita, Pancasila dan juga konstitusi negara kita. Misal saja terjadi pemahaman terkait pemisahannya peran agama yang hanya bersifat privat dan berpisah sama sekali dengan persoalan negara, serta pemahaman liberalisasi ekonomi yang tidak sejalan dengan konstitusi UUD 1945” tegas Harry.
Sementara itu tanggapan terakhir disampaikan oleh Kusmiaji yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Weninggalih Kecamatan Jonggol. Kusmiaji menyampaikan pentingnya sosialisasi empat pilar MPR dan juga pemberian materi yang masif dan integral kedalam sistem pendidikan dari dasar hingga menengah. “Degaradasi pemahaman terkait dasar negara sudah sangat mengkhawatirkan, alangkah baiknya kegiatan seperti ini diintensifkan dan juga diberikan kedalam pelajaran disekolah-sekolah. ” ujar Kusmiaji.
Acara diakhiri dengan pernyataan penutup dari TB. Soenmandjaja yang menegaskan pentingnya sosialisasi empat pilar MPR agar dapat di implementasikan dan masif keseluruh lapisan masyarakat serta pemerintah pun sudah berupaya dengan kembali dimasukannya pendidikan Pancasila kedalam kurikulum sekolah. Acara yang berlangsung sekitar tiga jam tersebut pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh ketua MUI Kecamatan Jonggol.
Sumber:
www.pksjonggol.com
Selasa, 6 Desember 2016
https://www.pksjonggol.com/sosialisasi-empatpilar/
No comments:
Post a Comment