JAKARTA - Berkat reformasi 1998, Indonesia saat ini merupakan salah satu negara paling demokratis di dunia. Terbuka kesempatan sangat lebar bagi semua pihak menyampaikan aspirasi, saran dan kritiknya yang membangun kepada pemerintah.
Kondisi yang sangat baik bila dibandingkan era Orde Baru ini adalah kesempatan bagi mahasiswa turut berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan makmur. Sesuai kapasitasnya, kontribusi mahasiswa adalah melalui kritik dan saran kepada eksekutif, legislatif serta yudikatif.
"Mahasiswa jangan takut untuk menyampaikan saran dan aspirasi!" tegas Wakil Ketua MPR-RI Hidayat Nurwahid.
"Karena siapa tahu aspirasi kita yang bisa mengubah bangsa Indonesia. Jangan takut untuk beraspirasi," sambungnya saat menerima rombongan mahasiswa delegasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Se-Jakarta Selatan di Ruang GBHN, Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Di dalam acara yang bertajuk Dengar Pendapat dengan Perwakilan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Se-Jakarta Selatan "Reformasi Melalui Jalur Profesi Untuk Kejayaan NKRI", Hidayat mengingatkan bahwa berkat aspirasi mahasiswa pada Mei 1998 silam maka Indonesia kini menjadi negara demokratis. Berkat peran mahasiswa kini tidak ada lagi ketakutan menyampaikan pendapat seperti era sebelumnya.
"Saya sangat berterimakasih kepada mahasiswa dalam perannya memajukan bangsa ini," imbuh politikus PKS yang juga pendakwah ini.
Memang terbukanya kebebasan berpendapat ini sempat dinilai kelewatan, bahkan dikhawatirkan mengancam persatuan. Namun seiring waktu, demokrasi Indonesia menuju kematangan sehingga masyarakat pun sudah dapat menilai sendiri mana penyampaian aspirasi yang murni demi perbaikan bangsa dan mana yang demi kepentingan sesaat.
Selain memilih langsung pasangan Presiden dan Wapres RI, manfaat demokrasi yang paling dirasakan masyaraat saat ini adalah pemilihan kepala daerah secara langsung. Bahkan khusus untuk kepala daerah dibuka kesempatan luas bagi tokoh yang bukan kader partai politik untuk ikut mencalonkan diri.
Sudah pasti ikut berkompetisi dalam ajang pilkada, tidak terbuka untuk mahasiswa. Sekali lagi Hidayat menekankan mahasiswa tetap dapat ikut berkontribusi bagi pembangunan melalui koreksi, kritik dan saran-sarannya. Parlemen sangat terbuka untuk menampung aspirasi mahasiswa.
"Kalau ada UU yang kurang pas, bisa diusulkan ke DPR untuk diperbaiki. Bahkan bisa mengikuti persidangan DPR sesuai dengan agenda tergantung minat masing-masing. Tentang pilkada, bisa ke Komisi II DPR, yang ingin tahu tentang polisi kenapa masih rame dengan KPK bisa ke Komisi 3 DPR, kalau cinta dengan para petani bisa ke Komisi IV DPR," papar Hidayat.
Edo Setiawan, mahasiswa Sampoerna University, mengaku bangsa bisa diterima langsung oleh pimpinan MPR-RI. Dia semakin optimis bahwa suara mahasiswa bagi perbaikan bangsa pasti tidak akan sia-sia.
"Tadinya saya sudah putus asa gak bisa kontak langsung dengan pemerintah, tapi kali ini saya malah bisa langsung bertemu dengan pemerintah. Saya senang sekali bisa ikut berpartisipasi," ujar mahasiswa berjas almamater biru tua ini.
Sumber:
http://news.metrotvnews.com/read/2015/05/05/122790/mpr-jangan-takut-beraspirasi
Kondisi yang sangat baik bila dibandingkan era Orde Baru ini adalah kesempatan bagi mahasiswa turut berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan makmur. Sesuai kapasitasnya, kontribusi mahasiswa adalah melalui kritik dan saran kepada eksekutif, legislatif serta yudikatif.
"Mahasiswa jangan takut untuk menyampaikan saran dan aspirasi!" tegas Wakil Ketua MPR-RI Hidayat Nurwahid.
"Karena siapa tahu aspirasi kita yang bisa mengubah bangsa Indonesia. Jangan takut untuk beraspirasi," sambungnya saat menerima rombongan mahasiswa delegasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Se-Jakarta Selatan di Ruang GBHN, Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Di dalam acara yang bertajuk Dengar Pendapat dengan Perwakilan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Se-Jakarta Selatan "Reformasi Melalui Jalur Profesi Untuk Kejayaan NKRI", Hidayat mengingatkan bahwa berkat aspirasi mahasiswa pada Mei 1998 silam maka Indonesia kini menjadi negara demokratis. Berkat peran mahasiswa kini tidak ada lagi ketakutan menyampaikan pendapat seperti era sebelumnya.
"Saya sangat berterimakasih kepada mahasiswa dalam perannya memajukan bangsa ini," imbuh politikus PKS yang juga pendakwah ini.
Memang terbukanya kebebasan berpendapat ini sempat dinilai kelewatan, bahkan dikhawatirkan mengancam persatuan. Namun seiring waktu, demokrasi Indonesia menuju kematangan sehingga masyarakat pun sudah dapat menilai sendiri mana penyampaian aspirasi yang murni demi perbaikan bangsa dan mana yang demi kepentingan sesaat.
Selain memilih langsung pasangan Presiden dan Wapres RI, manfaat demokrasi yang paling dirasakan masyaraat saat ini adalah pemilihan kepala daerah secara langsung. Bahkan khusus untuk kepala daerah dibuka kesempatan luas bagi tokoh yang bukan kader partai politik untuk ikut mencalonkan diri.
Sudah pasti ikut berkompetisi dalam ajang pilkada, tidak terbuka untuk mahasiswa. Sekali lagi Hidayat menekankan mahasiswa tetap dapat ikut berkontribusi bagi pembangunan melalui koreksi, kritik dan saran-sarannya. Parlemen sangat terbuka untuk menampung aspirasi mahasiswa.
"Kalau ada UU yang kurang pas, bisa diusulkan ke DPR untuk diperbaiki. Bahkan bisa mengikuti persidangan DPR sesuai dengan agenda tergantung minat masing-masing. Tentang pilkada, bisa ke Komisi II DPR, yang ingin tahu tentang polisi kenapa masih rame dengan KPK bisa ke Komisi 3 DPR, kalau cinta dengan para petani bisa ke Komisi IV DPR," papar Hidayat.
Edo Setiawan, mahasiswa Sampoerna University, mengaku bangsa bisa diterima langsung oleh pimpinan MPR-RI. Dia semakin optimis bahwa suara mahasiswa bagi perbaikan bangsa pasti tidak akan sia-sia.
"Tadinya saya sudah putus asa gak bisa kontak langsung dengan pemerintah, tapi kali ini saya malah bisa langsung bertemu dengan pemerintah. Saya senang sekali bisa ikut berpartisipasi," ujar mahasiswa berjas almamater biru tua ini.
Sumber:
http://news.metrotvnews.com/read/2015/05/05/122790/mpr-jangan-takut-beraspirasi
No comments:
Post a Comment