Hermanto: Nilai Keberadaban Telah Hilang |
Dulu, ujar politisi asal Minang ini, para Tokoh Bangsa telah memberi contoh bagaimana berkomunikasi dengan baik. “Sudah menjadi ciri dari Tokoh Bangsa, kalau bicara tidak menyakiti dan tidak menista orang lain,” ungkap Hermanto. Dulu oleh nenek moyang kita diajarkan, kalau lewat di depan orang tua harus permisi. Dan, itulah kemudian dikenal sebagai tatakrama atau unggah ungguh. “ Tapi, tata cara seperti itu untuk anak-anak zaman sekarang dianggap kuno,” katanya.
Selain beradab, nilai lain yang telah lama ada di tengah masyarakat Indonesia adalah musyawarah. “Setiap ada masalah diselesaikan dengan musyawarah,” kata Hermanto yang dalam sesi pemaparan materi itu tampil bersama anggota Lembaga Pengkajian, Drs. Wahidin Ismail. Begitu pula gotong-royong sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Semua nilai yang ada di masarakat itu, oleh Pendiri Bangsa diangkat menjadi sila-sila dalam Pancasila.
Oleh karena itulah maka Pancasila disebut sebagai puncak peradaban Indonesia. Nah, kalau ada yang menggugat Pancasila maka yang bersangkutan harus diluruskan pemikirannya. Apalagi Pancasila dan UUD 1945 termasuk dua dokumen penting disahkan oleh Pendiri Bangsa dalam sidang PPKI pada 18 Agustus 1945. Dan, sejak saat itulah Indonesia lahir dan berdiri sebagai sebuah negara yang berdaulat.
Kemah Sosialisasi Empat Pilar MPR yang diikuti 200 anggota Pramuka dari Kwarda Gerakan Pramuka Kota dan Kabupaten Semarang sampai pukul 15.00 WIB hari ini, Sabtu (23/9/2017), menyelesaikan sesi pemaran materi, dan sorenya dilanjutkan diskusi kelompok tematik. Esok hari, Minggu (24/9/2017), para peserta mengikuti kegaitan outdoor berupa penerapan nilai-nilai Empat Pilar dalam bentuk permainan.
Sumber:
www.mpr.go.id
Sabtu, 23 September 2017
http://mpr.go.id/posts/dr-hermanto-nilai-keberadaban-telah-hilang
No comments:
Post a Comment