Hidayat Nur Wahid |
Hidayat memapar hal itu setelah mendengar dan melihat bagaimana akhir-akhir ini kondisi kedaruratan dikumandangkan, bahkan oleh para pejabat kita sendiri. Menteri sosial misalnya, mengatakan kita dalam kondisi darurat seksual anak-anak. Lalu Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan kita dalam kondisi darurat narkoba, dan belakangan darurat asap.
Kondisi kedaruratan ini, menurut Hidayat, seolah-olah kedaulatan kita dilanggar, seolah-olah kedaulatan kita telah tercabik-cabik. Oleh karena itu, kata Hidayat, kita harus yakin bagaimana Allah melahirkan beragam kondisi, berbagai peristiwa, itu sesungguhnya agar kita beriman kepada Allah SWT.
"Kita harus yakin, kehidupan akan berjalan terus," kata Hidayat Nur Wahid yang pada awal khutbahnya menguraikan sejumlah peristiwa seputar Oktober dan November yang tak lepas dari peran umat Islam.
Hidayat menyebut 19 Oktober yang ditetap sebagai Hari Bela Negara, tak lepas dari peran Sjafrudin Prawiranegara yang menyelamatkan kedaulatan Indonesia dengan membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Lalu 22 Oktober dengan Keppres Presiden Jokowi ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Ini tak lepas dari peran KH. Hasjim Ashari bersama para ulama, baik NU mau pun bukan NU, mengumandangkan resolusi Jihad. "Resolusi ini mengharuskan umat Islam untuk bangkit membela kedaulatan kemerdekaan Indonesia," ujar Hidayat. Dan, resolusi jihad ini kemudian berujung pada pertempuran 10 November yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Demikian pula 28 Oktober, di mana anak muda bangkit dan tak takut untuk membela kedaulatan Indonesia. Aksi para pemuda ini dibenarkan dan didukung oleh Kongres Umat Islam II di Jogjakarta, 3 November 1945.
Jadi, menurut Hidayat, umat Islam tak pernah terlepas melibatkan diri di dalam menghadirkan situasi yang berdampak pada hadirnya Indonesia merdeka dan berdaulat.
Sumber:
mpr.go.id
Jumat, 30 Oktober 2015
http://mpr.go.id/posts/hidayat-nur-wahid-jangan-berputus-asa-menghadapi-berbagai-kondisi
No comments:
Post a Comment